Akademisi ke Inovator: Perjalanan Guru Besar dari Teknik Mesin dan Manufaktur Mengenai “Potensi Implementasi 3D Printing di Bidang Kesehatan”

Pada 27 Februari, dosen Teknik Mesin dan Manufaktur, Prof. The Jaya Suteja, S.T., M.Sc., Ph.D., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar di Ubaya. Dalam wawancara eksklusif, Prof. Jaya berbagi kisah perjalanannya menuju gelar guru besar. Beliau memulai pendidikan tinggi di bidang Teknik Mesin di Universitas Kristen Petra pada periode 1992 hingga 1996. Setelah menyelesaikan studi sarjana, beliau menghabiskan dua tahun bekerja di industri sebelum memutuskan untuk mendaftar sebagai dosen di Ubaya. Namun, karena belum ada panggilan saat itu, beliau memilih untuk mengajar Fisika di SMP Gloria selama satu tahun. Kesabaran dan dedikasinya membuahkan hasil ketika pada Juli 1999, beliau resmi bergabung sebagai dosen di Ubaya.

Komitmen Prof. Jaya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan mendorongnya untuk melanjutkan studi magister di Delft University of Technology, Belanda, pada tahun 2002 melalui program beasiswa. Beliau berhasil meraih gelar M.Sc. pada tahun 2004 dengan tesis yang berfokus pada microelectromechanical systems. Tidak berhenti di situ, pada tahun 2011, beliau kembali mendapatkan beasiswa untuk menempuh studi doktoral di Australia bersama keluarganya. Dalam kurun waktu sekitar tiga perempat tahun, beliau berhasil menyelesaikan program Ph.D. dan kembali ke Indonesia untuk melanjutkan pengabdiannya sebagai dosen di Teknik Mesin Ubaya.

Pak Jaya menjelaskan bahwa menjadi Guru Besar bukan hanya tentang gelar, tetapi juga tanggung jawab yang lebih besar. “Pastinya tanggung jawabnya bertambah, sebagai Guru Besar harus bisa mengarahkan keilmuan dari jurusan ini akan dibawa kemana, harus bisa mencari jejaring mitra dan industri yang bisa diajak bekerja sama,” ujarnya.

Pada hari Kamis, 27 Februari 2025, Pak Jaya  menjalani pengukuhan Guru Besar di Universitas Surabaya (Ubaya) bersama 2 guru besar dari berbagai bidang keilmuan lainnya yaitu Prof. Aluisius Hery Pratono, S.E., M.D.M., Ph.D. (Fakultas Bisnis dan Ekonomika) dan Prof. Dr. Apt. Dini Kesuma, S.Si., M.Si. (Fakultas Farmasi).

Dalam pengukuhan guru besar ubaya ini Prof. The Jaya Suteja, S.T, M.Sc, Ph.D menyampaikan orasinya yang berjudul “Potensi Implementasi 3D Printing di Bidang Kesehatan” menyoroti peran teknologi 3D printing dalam dunia medis. Teknologi ini memungkinkan pencetakan alat kesehatan, jaringan tubuh, hingga obat-obatan dengan presisi tinggi dan sesuai kebutuhan individu.

“3D printing berpotensi mengurangi biaya terutama untuk peralatan, obat, dan makanan yang tidak bisa diproduksi massal sehingga ketersediaannya terjaga. 3D printing akan meningkatkan efektivitas, konsistensi, dan kenyamanan proses penanganan, perbaikan, pengobatan, dan pemulihan, termasuk variasi, daya tarik, dan keberlanjutan makanan sehat,” ujarnya

Dalam bidang medis, 3D printing telah digunakan untuk mencetak model anatomi pasien guna membantu persiapan operasi serta memproduksi alat bantu medis dan peralatan rehabilitasi yang lebih personal. Di bidang rekayasa jaringan, teknologi ini memungkinkan pembuatan scaffold untuk regenerasi jaringan dan bioprinting untuk mencetak organ buatan. Sementara itu, di dunia farmasi, 3D printing memungkinkan produksi obat dengan dosis yang lebih akurat dan formulasi yang lebih mudah dikonsumsi.

Tak hanya di bidang medis, teknologi ini juga diterapkan dalam produksi makanan sehat yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. Pak Jaya menegaskan bahwa implementasi 3D printing di dunia kesehatan dapat meningkatkan efektivitas pengobatan, mengurangi biaya produksi, serta memberikan solusi medis yang lebih inovatif dan mudah diakses.