Satu tim mahasiswa dari Teknik Mesin dan Manufaktur Universitas Surabaya (Ubaya) baru-baru ini menghadirkan sebuah inovasi yang sangat bermanfaat bagi para penyandang disabilitas, khususnya tuna daksa yang memiliki keterbatasan fisik dalam berpakaian. Inovasi ini dikenal sebagai “dr-MATE: Dressing Mate.”
Tim mahasiswa ini terdiri dari Angeline Arista, Yudi Crismanto, Lay Richii Wijaya, Christoforus Rafael, dan Deviano Sutanto. Angeline, sebagai ketua tim, mengatakan “ide untuk menciptakan dr-MATE ini muncul karena mereka ingin membantu penyandang disabilitas yang seringkali mengalami kesulitan dalam aktivitas berpakaian, terutama bagi mereka yang kehilangan kedua lengannya.” Mereka bertekad untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian penyandang disabilitas ini sambil menjaga privasi mereka saat berpakaian.
dr-MATE sebenarnya merupakan pengembangan dari inovasi sebelumnya yang memungkinkan penyandang disabilitas tuna daksa untuk memakai baju dan celana. Namun, perbedaannya terletak pada penyempurnaan alat ini dengan penambahan tiga pengendali, yaitu remote, aplikasi Android, dan perintah suara. Dengan adanya aplikasi Android, dr-MATE dapat dioperasikan bahkan oleh pendamping penyandang disabilitas dari jarak jauh.
Penggunaan dr-MATE pun sangatlah sederhana. Penyandang disabilitas dapat meletakkn baju pada tempat yang telah disediakan (gantungan khusus). Baju kemudian dapat dibuka dengan menekan tombol menggunakan kaki atau dengan mengucapkan perintah suara “open device.” Setelah itu, mereka dapat menekan tombol untuk mengangkat baju atau mengucapkan “going up.” Setelah baju mencapai tinggi yang sesuai dengan tubuh pengguna, mereka dapat berdiri dan mengarahkan kepala ke lubang leher kaos. Selanjutnya, pengguna dapat menekan tombol untuk menurunkan baju atau mengucapkan “going down” untuk memasang baju dengan sempurna.
Sedangkan untuk mengenakan celana, pengguna hanya perlu meletakkan pinggang celana pada lengan yang memiliki magnet, lalu membukanya dengan menekan tombol atau dengan perintah suara. Setelah itu, cukup masukkan kaki ke dalam celana, naikkan lengan yang memiliki magnet hingga mencapai ketinggian yang diinginkan, dan lepaskan celana. “Pengguna disarankan agar memilih celana yang dilengkapi dengan kancing magnetik untuk memudahkan proses ini”kata Angeline
Proses perancangan dr-MATE berlangsung selama sekitar tiga bulan, dengan bantuan dari dosen pembimbing mereka, Sunardi Tjandra, M.T. Keberhasilan inovasi ini tercermin dalam peringkat ketiga yang diraihnya pada lomba Engineering Innovation Challenge 2023 yang diselenggarakan oleh The Institution of Engineers di Singapura. Lomba ini diikuti oleh peserta dari berbagai negara, termasuk Singapura, Filipina, dan Australia.
Mengenai rencana kedepannya, tim berharap bahwa dr-MATE dapat diterapkan secara luas, baik di rumah, rumah sakit, maupun tempat rehabilitasi bagi penyandang disabilitas. Angeline berharap, inovasi ini dapat memberikan dampak positif yang besar dalam bidang kesehatan. “Kami juga berharap alat ini dapat bermanfaat bagi para penyandang tuna daksa untuk baik yang kehilangan kedua lengan karena amputasi maupun bawaan sejak lahir, untuk mempermudah dalam berpakaian. Selain itu, dr-MATE diharapkan mampu membantu proses pemulihan psikologis dan rehabilitasi tuna daksa,” harapnya.