Pada 21 Juni 2024, Kelompok Studi Mahasiswa Teknik Mesin dan Manufaktur Ubaya bersama Prodi TMM mengadakan acara Dialog Profesi yang membicarakan seputar “Komunikasi di Tempat Kerja”. Dua alumni TMM Ubaya diundang sebagai narasumber dalam acara ini untuk berbagi strategi membangun komunikasi yang efektif di tempat kerja. Dua alumni tersebut yaitu Bapak Sony Prayogi, S.T. dan Bapak Mahendra Farolan, S.T.
Kedua alumni, yang sudah memiliki pengalaman kerja bertahun-tahun di industri, dengan senang hati berbagi tips dan trik cara berkomunikasi yang baik di tempat kerja. Sesi pertama dimulai dengan sharing dari Mahendra, yang menekankan pentingnya percaya diri dalam berkomunikasi. “Supaya bisa berkomunikasi dengan baik, harus percaya diri dulu. Itu kunci utama dalam komunikasi,” ujarnya. Mahendra menjelaskan bahwa rasa percaya diri dapat membantu kita untuk lebih tegas dan jelas dalam berkomunikasi, yang sangat penting dalam lingkungan profesional.
Mahendra juga menceritakan pengalamannya dalam berkomunikasi ketika masih kuliah. “Awal mula ikut organisasi, saya tidak bisa ngomong sama sekali. Menyampaikan ide saja tidak berani. Lalu, saya semakin banyak bergabung dalam organisasi. Meskipun masih gugup, tapi saya beranikan saja untuk bicara,” jelasnya. Selain itu, Mahendra menggarisbawahi pentingnya komunikasi untuk personal branding. Menurutnya, melalui komunikasi yang baik, kita dapat membangun personal branding yang kuat dan membuat diri kita dikenal di industri. “Personal branding yang kuat dapat membuka banyak peluang karir dan membantu kita lebih menonjol di antara kompetitor,” pungkas Mahendra.
Sesi dilanjutkan dengan sharing dari Sony. Ia membahas tentang komunikasi non-verbal sebagai bagian penting dalam komunikasi yang efektif. Sony mengungkapkan, “Mimik wajah dan body language sangat penting dalam berkomunikasi. Menambahkan kedua hal ini saat berkomunikasi dapat menguatkan pesan yang ingin disampaikan kepada audiens.” Ia juga menjelaskan bahwa gabungan komunikasi verbal dan non-verbal bisa mengurangi kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
Di akhir sesi, para mahasiswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi langsung dengan para alumni. Salah satu pertanyaan menarik yang diajukan seorang mahasiswa dalam diskusi ini, “Sekarang, kita mengenal adanya generasi X, Z, milenial, dan sebagainya. Nah, bagaimana cara membangun komunikasi yang efektif dengan rekan kerja yang berbeda generasi dengan kita?” Menjawab pertanyaan ini, Mahendra berkata bahwa kita perlu memahami bagaimana berkomunikasi dengan mereka. “Penting untuk saling mengenal dan memahami karakteristik setiap individu dalam berkomunikasi,” jawabnya. Selanjutnya, Sony juga menambahkan, “Kita perlu menjadi pendengar yang baik dan mencoba memahami pikiran lawan bicara saat berkomunikasi untuk menciptakan hubungan yang baik dengan mereka.”
Dialog profesi ini tidak hanya memberikan wawasan baru bagi para mahasiswa, tetapi juga memberikan semangat dan motivasi untuk terus belajar dan mengembangkan keterampilan komunikasi mereka. Para alumni telah memberikan sudut pandang yang lebih realistis tentang dunia kerja yang akan dihadapi mahasiswa kelak setelah lulus kuliah. Dengan ilmu dan inspirasi dari para alumni, para mahasiswa diharapkan bisa menerapkan strategi yang tepat untuk menghadapi berbagai tantangan komunikasi di tempat kerja.